HIBERNASI

Mr. BusyHIBERNASI

Gua sering ribut sama adek gua akibat gua sering ninggalin komputer masih nyala waktu gua pergi demi nerusin downloadan. Adek gua yg tampaknya ada kecenderungan untuk jadi aktivis sosial seudah gedenya itu hobi banget ngomelin gua dengan alesan hemat energi dan hemat umur komputer sampe gua muak. Tampaknya, dia ga ngerti kalo komputer dibiarin nyala tanpa ada kegiatan tuh, otomatis dia akan masuk ke sleep mode atau hibernasi untuk menghemat energi. Gua males jelasin panjang lebar ke dia, dan juga sebenernya kalo lagi ada downloadan yg penting, gua sih lebih mikirin gimana caranya downloadan gua itu beres daripada musingin hemat energi, hahaha.

Tapi tentu, bukan hibernasi itu yg mau gua omongin ;p

Temen2 pembaca semua tentu pernah denger soal HIBERNASI kan? Hibernasi tuh tidur musim dingin yg panjang yg biasa dilakukan oleh para binatang di daerah sub-tropis. Jadi daripada ngabisin energi mati2an nyari makanan di tengah badai salju yg lebat, binatang2 ini kebanyakan memilih untuk makan sekenyang2nya dan tidur selama kurang lebih 3 minggu, sampe musim dingin pun lewat. Mereka menurunkan suhu tubuh, menurunkan metabolisme dan respirasi, dan tidur dengan sangat lelap, bahkan ada beberapa jenis binatang yg tidak mudah terbangun meski diusik oleh stimulus eksternal. Lengkapnya soal hibernasi binatang, silahkan baca sendiri di wikipedia. Yg mau gua omongin di sini adalah soal hibernasi manusia.

Ga cuma binatang, manusia juga bisa hibernasi. Temen gua ada yg kalo udah pulang kemping, bisa tidur 20 jam lebih untuk recover energi. Gua sirik ma dia, gua ga pernah bisa tidur melebihi 12 jam. Lagi dirawat di RS pun, gua cenderung bangun beberapa jam sekali, ga bisa terus2an molor. Ga kebayang, gua tidur lebih dari 9 jam aja, biasanya pas bangun kepala tuh pusinggg banget. Gimana temen gua yg tidur 20 jam itu ya? Begitu bangun langsung amnesia kali.  “Hoahhhmmm…gua siapa…gua di mana…celana gua mana…INI TAHUN BERAPA???” Menurut gua, itu sih dianya aja yg kalo tidur udah kayak kebo…ini bukan hibernasi yg sebenarnya.

Hibernasi yg sering dilakukan manusia adalah hibernasi hati. Biasanya, orang2 yg baru putus cinta, atau mengalami kekecewaan dalam hidupnya, suka melakukan hal yg satu ini. Hibernasi ini biasanya berupa proses penyangkalan di mana untuk sekian waktu, kita tidak mematikan fungsi fisik seperti binatang dan komputer, tapi mematikan kemampuan hati untuk merasakan sesuatu. Orang yg sedang melakukan hibernasi hati ini juga uniknya justru tidak tidur panjang seperti binatang, melainkan biasanya menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan, mencoba menyibukkan pikiran dengan sekolah atau pekerjaan, agar tidak usah memikirkan hal2 yg membuat dia terlarut dalam kesedihan.

Gua sendiri, saat ini, sedang dalam keadaan hibernasi.

Bulan lalu gua mengalami suatu kekecewaan yg parah, ditambah kondisi rumah yg sangat tidak mendukung untuk menenangkan diri, akhirnya gua pun memutuskan untuk menyibukkan diri dengan hal2 yg produktif. Fokus ngerjain TA, rajin ikut latihan MUSIK, ngabisin nonton film di harddisk, ga pernah nolak ajakan nongkronng dari temen, dan beberapa hari terakhir, gua kembali keranjingan maen game di komputer.

Ini bukan pertama kalinya gua hibernasi, semenjak gua mengenal cinta, gua sering banget ngalamin yg namanya patah hati. Dan untungnya, setelah melalui patah hati yg kesekian kali, gua menemukan cara untuk menyalurkan energi gua secara positif. Biasanya kalo lagi patah hati tuh, gua produktif banget. Belajar tambah rajin, nilai naik, dan kalo lagi maen bareng temen, biasanya gua yg paling banyak bikin orang ketawa. I keep smiling, but deep inside I’m bleeding.

Biasanya kalo lagi hibernasi, gua matiin sebagian fungsi memori gua yg biasanya berfungsi sebagai mini theater di otak supaya gua ga harus mengingat hal2 yg tidak menyenangkan. Efek sampingnya, paling kadang gua suka lemot dan bengong sendiri, di samping itu, semua berjalan oke dan gua terlihat normal di mata orang awam.

Sebenernya sehat ga sih hibernasi itu? Hibernasi hati secara berlebihan akan membuat lu jadi orang yg tidak peka sama orang2 di sekitar lu dan terutama, terhadap perasaan lu sendiri. Dan oh ya, hibernasi tidak menyelesaikan masalah lho. Pada akhirnya, suka ato ga suka, pada saatnya nanti kita akan dipaksa untuk keluar dari sarang kita yg nyaman ini, kembali menghadapi realita yg kejam, dan tidak ada yg bisa kita lakukan untuk menghindarinya.

Banyak orang yg terlalu lama hibernasi, sampe akhirnya ia tidak mampu lagi menghadapi kenyataan, dan akhirnya melarikan diri ke dalam utopia, menggunakan drugs dan obat2 terlarang. Bukan, bukan ini tujuan hibernasi yg sebenarnya.

Di saat hati kita sedang hibernasi itulah saatnya kita mulai merenungkan kembali hidup kita selama ini. Kadangkala, pada saat kita lagi kecewa, segala hal di dunia ini terlihat negatif. Kekecewaan itu membutakan mata kita, sehingga kita tidak mensyukuri hal2 kecil yg kita miliki. Pada saat kita mematikan fungsi perasaan inilah saatnya kita memaksimalkan persepsi panca indra kita untuk menelaah kembali lingkungan sekitar kita dan menyadari bahwa betapa banyak hal2 menyenangkan yg dapat kita nikmati dalam hidup ini.

Bahwa ternyata banyak orang2 yg peduli pada kita. Bahwa ternyata belajar itu menyenangkan dan sekolah/kampus itu adalah tempat yg mengasyikan.

Bahwa ternyata banyak hal yg tetap seru meski kita melakukannya tanpa kehadiran kekasih.
Bahwa ternyata banyak potensi yg kita miliki dan banyak impian yg belum kita raih.
Bahwa ternyata…putus cinta, bukanlah akhir dari segalanya.

Hibernasi itu adalah saatnya menjadi produktif. Saatnya kembali mendefinisikan ulang identitas kita. Saatnya memfokuskan kembali jalan hidup kita, pada impian dan cita2. Saatnya mensyukuri anugerah kecil yg kita terima sehari2. Saatnya menyimpan energi positif, agar suatu saat nanti, kita mampu kembali ke kancah pertempuran di panggung kehidupan.

Suatu hari, musim dingin akan berlalu, es2 akan mencair, dan sinar mentari hangat akan kembali menyapa…dan saat itu, gua akan siap untuk mencintai lagi…

Sepenggal Kisah Haru

Hiruk pikuk riuk gemuruh jalanan begitu tak asing lagi menghiasi sunyinya jembatan ini, menemani langkahku yang sepi sendiri. Di bawah sana begitu derasnya air yang mengalir, dengan warna coklat kehitaman yang dihiasi dengan banyaknya sampah yang mengayun seolah pasrah mengikuti aliran air ke tempat terdasarnya. Seperti biasa matahari terlihat hendak beralih pergi tuk menerangi belahan dunia di hamparan luas sana. Ini berarti sebentar lagi adzhan maghrib akan segera berkumandang.

Kususuri jalan di jembatan ini, mengikuti arah jalan yang membelah sungai tercemar oleh hinanya tingkah laku makhluk bumi. burung-burung berkicau di antara sekat besi yang membatasi jembatan ini. ‘tak seperti biasanya burung-burung ini menghinggapi besi pembatas’ fikirku. Tak senganja mataku memandang ke arah sebrang jalan, sontak saja ku lihat seorang bapak paruh baya yang hendak menaiki pagar besi pembatas itu, tanpa fikir panjang kakiku melangkah secepat mungkin menyebrangi jalan raya raya. Melewati kendaraan yang tak henti-hentinya berlalu lalang . tak ku pedulikan bisingnya suara klakson yang terus menjerit mencaci tingkahku yang seenaknya saja menyebrangi jalan seperti milik nenek moyang sendiri, fikirnya. tapi itu semua tak menyurutkan langkahku. Rasanya apa yang kulihat di sebrang jalan sana seperti magnet yang menarikku untuk secepat kilat berlari, dengan tanpa ragu ku berlari dan sampai di tempat itu. segera ku pegang erat tangan orang bodoh itu, orang yang hendak memisahkan jiwa dari raganya. Ku tarik tanganya sampai dia terjatuh dari pagar besi itu. Lemah, lunglay tak berdaya. “dasar orang bodoh” bentakku kesal. Tapi dia tak sedikitpun menghiraukan untaian kata kasar yang keluar dari mulutku, dia mencoba berdiri dan naik kembali. Berulang-ulang dia lakukan itu, tapi aku berhasil mencegahnya. Akupun segera menarik tangannya dan menghadapkan wajahnya di depanku. Tetapi betapa lemahnya diriku saat ku tatap matanya yang tak henti-hentinya mengeluarkan air mata, tatapannya begitu kosong putus asa, dengan wajah muram bagai langit mendung gelap gulita.

Sungguh, tatapan kosong itu memadamkan bara api kemarahanku,menjinakkan liarnya mulutku.
Dia, bapak paruh baya yang lusuh itu , dengan mata merah dan pipi basah dengan air mata yang bercampur keringat, jidatnya mengkerut bagai menanggung beban hidup yang tak bertepi, kumis dan rambutnya yang kumal tak terurus.
Dia hanya terdiam lesu, namun air matanya tetap deras mengalir, ku keluarkan sapu tangan dari kantong saku ku dan ku usapkan pada wajah yang berlinang itu, ku ajak bapak itu ke tempat makan, sepertinya sudah berhari-hari makanan tidak sudi mampir di perutnya yang kerontang itu.

Beberapa menit kemudian, hidangan pun datang. Ku letakkan tepat berada di hadapannya, bapak itu tak goyah sedikitpun dengan aroma harum makanan itu. Matanya tak sedikitpun melirik makanan itu. Ku putuskan untuk menyuapi bapak itu, memaksakan sesuap nasi masuk ke mulutnya. Dengan sedikit paksaan akhirnya bapak itupun membuka mulut dan mengunyah makanan itu, beberapa suap nasi pun telah berlalu, berlabuh di perut keroncang sang bapak, kini air matanya mulai surut. Ku ambilkan air miinum untuknya. Kuletakkan tepat di hadapannya. Bapak itupun dengan sigap mengambil air itu dan meminumnya. Tanpa ku sadar senyuman di bibirku menghiasi wajahku yang iba dengan kondisi bapak itu. Tiba-tiba dia mengalihkan pandangannya padaku, dan menatapku, di tersenyum dan berkata ”siapakah malaikat yang telah ku temui ini?”. Aku hanya meresponnya dengan senyuman. “apakah beban derita yang bapak hadapi seberat itu hingga bapak nekat untuk mengakhirinya dengan jalan seperti ini?”tanyaku. tiba-tiba air mata itu mengalir lagi dari matanya. Ku seka lagi air matanya dengan sapu tanganku.

Kemuadian bapak itu berbicara penjang lebar, menceritakan garis hidup yang tlah dia lalui selama ini. “ apakah hidup memang harus sekejam ini pada kaum fakir seperti kami? Keberadaan kami dianggap lalat yang hinggap diantara sajian makanan. Kami di singkirkan. Kami fakir tapi kami bukan pengemis. Aku, aku tidak meminta-minta pada orang congkak pongah itu. Aku bekerja untuk mencari sesuap nasi, meskipun aku hanya seorang pemulung. Aku juga tinggal bukan di tempat milik mereka, tapi kenapa pandangan mereka seolah takut tapak kakiku mengotori jalanan yang bukan milik mereka. Sang kuasa pun seolah ingin aku menghilang bagai debu yang di tiup angin, pergi menghilang tanpa jejak. Dia mengambil satu-satunya milikku yang berharga, dia merenggut balita kecilku, harapan kecilku. Memang bagi orang lain dia hanyalah gadis balita yang tak punya mata, yang tak mampu melihat hidup. namun bisakah tuhan tidak mengambil satu-satunya yang berharga itu bagiku?”

Tiga hari yang lalu balita kecilku, putri namanya. Kami hanya hidup berdua di bumi luas ini, seluas apapun tapi terasa begitu sempit bagi seorang tua renta sepertiku, suatu hari aku mengajaknya pergi ke suatu tempat, mengajaknya berjalan-jalan, menyusuri tempat-tempat yang indah yang bisa kulalui. Menikmati sejuknya mentari pagi, agar putri tau bahwa bumi ini luas, bukan hanya kolong jembatan satu-satunya tempat yang ada. Meskipun dia tak mampu melihat, tapi senyuman manis, tawa cerianya sangat menyegarkan bagiku saat ku ajak dia berkelilling. Ku ajak dia ke pasar, ke taman, dan tibalah saat dimana dia harus pergi untuk selamanya. Rel kereta api. Saat aku hendak berjalan melalui rel, aku melihat mainan bekas di pojok sana, akupun senang dan hendak mengambilnya untuk sekedar membahagiakan putriku dengan mainan itu. Saat hendak mengambilnya, ku lepaskan putri dari pangkuanku, membiarkan dia sendirian di dekat rel. tanpa ku sadari dia berjalan mendekati rel, dan di saat itu kereta akan lewat, gerbong terkunci dan kaki putri terjebak di rel itu. Saat ku lihat itu aku segera berlari menghampirinya dan menariknya, tapi putri menangis kesakitan, aku tak bisa menarik kaki mungilnya yang terjebak itu. Kereta semakin mendekat. Jeritan putrid pun semakin kencang. Apakah kau tau apa yang bisa ku lakukan? Hanya pelukan hangat seorang ayah yang bisa ku berikan saat itu. Aku berharap pelukan itu bisa membuatnya tenang, aku harap pelukanku bisa mengantarkan kami ke tempat ibunya berada. Tetapi seorang lelaki muda hendak menarikku, memisahkanku dari putri kecilku. Aku yang tua dan lemah ini tak mampu berontak. Putri ku tinggalkan sendiri di sana. Menangis sendirian. Di terkam rel itu. Air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari mata mutiaraku. Dia mencoba untuk melepaskan kakinya itu, memanggilku.. ayah, ayah…sungguh ku ingat jeritan terakhirnya sebelum kereta itu menghancurkan tubuh mungil nya.

Sejak saat itu aku merasa bahwa jiwaku juga sudah hilang seiring dengan hancurnya tubuh mungil sang putri. Untuk apa lagi aku hidup, hanya luka yang ku bawa, memberatkan langkah hidup yang rasanya sudah teramat berat ini. Kereta itu pun pergi tanpa mampu menoleh ada jiwa mungil yang telah hilang di sudut sini. Tak mampu rasanya mataku memandang tubuh mungil yang tlah hancur berkeping, bersimpah darah. Namun ketika ku ingat saat dia memanggil ayah, aku pun tak kuasa menahan air mata ini, aku segera berlari dan memeluk putri yang sudah bukan sepertinya lagi. Wajahnya yang kini sudah tak bisa lagi ku kenali. Gemetar tanganku yang sampai saat ini tak bisa hilang. Aku hanya bisa berteriak, berteriak seperti orang gila, menjerit di antara puluhan orang yang tuli, yang menyaksikan kejadian tragis itu, namun tak seorang pun dari mereka yang iba melihat putri kecilku. Mereka hanya memalingkan muka karna jijik dan ngeri.”
Untaian kata berbaris dihatiku, menyusun sebuah tangga hingga ke langit sana.
Untuk putri tercintaku “putriku sayang, cintaku, buah hatiku, maafkan ayahmu yang bodoh ini, yang tua renta, yang tak mampu
melindungimu nak. Tubuhmu yang mungil ini hancur berkeping bersimpah darah, tapi hanya satu yang perlu kau yakini anakku sayang, kau adalah satu-satunya yang tercantik bagiku”

Berhari-hari hidupku sulit tanpa adanya putri yang biasanya menemaniku. Setiap detik yang kulalui bagai derita perih yang menyeret hati. Anak-anak yang melihatku langsung berlarian, mungkin mereka menyangka kalau aku ini akan menculik mereka. Tak sedikit juga orang yang melempariku dengan kerikil, menyuruhku menjauh pergi dari hadapan mereka. Dari sanalah aku berfikir untuk apa aku hidup? Bukankah tidak ada bedanya jika aku matipun? Dunia ini akan tetap tertawa. Mentaripun akan tetap menampakkan sinarnya. Aku memutuskan untuk melepaskan beban berat ini, beban ingatan yang tak mampu hilang saat ku ingat jeritan terakhirnya di rel itu. Tapi yang sangat mengherankan bagiku adalah mengapa kau bisa melihatku?, bahkan ulat bulu pun tak sudi kiranya melihatku. apa untungnya bagimu dengan apa yang telah kau lakukan ini?. Kau hanya membuang-buang waktu dengan mendengar kisahku yang tak penting ini. Bukankah aku ini sangat menjijikan dan setiap orang menginginkan aku pergi menjauh dari pandangan mereka”.
_ _ _
Aku pun menyeka air mataku yang tanpa sadar mengalir mengikuti alur cerita sang bapak tentang buah hatinya. Aku tersenyum dan menatap bapak itu. “bapak, bolehah saya bertanya? Siapakah yang memimpin sebuah Negara?” Tanya ku. Kemudian dia menjawab “tentu saja seorang kepala Negara”. “lalu,, siapakah yang memimpin kota ini?, siapakah yang memimpin desa? Siapakah yang menjadi pemimpin di sebuah kampung?” mendengar pertanyaan itu dia hanya terdiam membisu. Mereka itu orang yang hebat bukan? Lalu, siapakah yang diberi tanggung jawab untuk memimpin bapak? Apakah presiden, mentri, DPR, atau petinggi-petinggi itu?. Bukankah hanya bapak yang di beri tanggung jawab untuk memimpin diri bapak sendiri? Bapak bilang dunia akan tetap tertawa , mentari akan tetap bersinar meskipun bapak tiada?, itu memang benar, akan tetapi tidak untuk orang-orang yang bapak sayangi, untuk mereka yang juga menyayangi bapak. Bukankah sang mentaripun sendirian di atas sana? Tapi dia tetap memancarkan sinarnya meskipun untuk pendusta nikmat sekalipun. Lalu dapatkah bapak bayangkan, alangkah ironisnya jika mentaripun putus asa? Lelah karna di acuhkan, di caci saat teriknya membakar kulit, tapi begitu di harapkan datang saat langit mendung? Manusia itu memang begitu, ketika ada di abaikan, namun setelah tiada begitu di rindukan.

Bapak mungkin berfikir bahwa jalan terbaik saat ini adalah dengan mengakhiri hidup. Tapi apakah tidak terlintas sedikitpun di fikiran bapak bahwa ini hanyalah ujian, ini hanyalah sebuah ujian saja. “bukankah tuhan hanya akan memberikan ujian sesuai dengan kemampuannya?”sela nya. “itu benar” jawabku tegas. “lalu mengapakah tuhan memberikan ujian seberat ini untuk ku?”.tanya nya. “Apakah bapak merasa tidak mampu? Hanya diri kitalah yang dapat menguatkan tekad untuk mampu” akan tetapi aku tidak bisa hidup tanpa putriku” ujarnya. “lalu mengapakah bapak masih bisa hidup sampai 3 hari ini?” mengapakah bapak masih di beri kebebasan untuk bernafas? Bapak… janganlah menyalahkan tuhan untuk segala musibah yang telah bapak alami ini, tahukah? Musibah ini, kesulitan ini sudah di siapkan pahala serta kemudahannya. Bapak ini hanya di uji. Anak, harta, jabatan, bukankan itu semua hanyalah titipan? Apakah bapak yakin tempat persinggahan terakhir putri bapak adalah syurga? Tapi mengapa bapak memilih neraka sebagai tempat bapak bersemayam. Temuilah putri bapak di syurga nanti, rangkaikanlah sebuah doa indah kepadaNya. Agar bapak berjodoh dengannya lagi. Berusahalah, lakukanlah yang terbaik. Jangan memutuskan harapan. Bertaubatlah, jalanilah hidup ini dengan penuh kesyukuran. Bapak lihat orang-orang hebat di sana itu? Mereka hebat bukan karena mereka tidak mempunyai masalah dalam hidup mereka, bukan karena tidak ada masalah yang mampu menghinggapi mereka, tetapi karena mereka mampu menyelesaikan masalahnya, mampu melewati masa-masa sulit saat masalah itu menyulitkan mereka. Mereka itu di hebatkan oleh masalah.

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, dan jika suatu hari bapak tidak berpenghasilan baikpun, janganlah berkecil hati’, tetaplah bersahaja. Tanamkan setiap benih kesyukuran akan nikmatNya, setiap kesulitan itu selalu di iringi dengan dua kemudahan, itu adalah janjinya, janji dari yang Maha Menepati Janji. Janji itu sudah menanti untuk bapak jemput. Jangan sia-sia kan hidup dengan berbagai ratapan yang menghinggapi hati dan fikiran bapak. Hiduplah setegar batu karang. Biarlah orang memandang lemah, yang paling penting adalah hidup kita bukanlah tentang apa yang mereka katakan. Bumi ini milik Allah… udara yang bebas ini adalah sebagian kecil nikmatNya yang Dia anugrahkan. Bukankah tidak pantas jika kita menghujat tuhan sang pencipta sedang kita masih menikmati hasil dari penciptaanNya? Jangan sampai suatu saat kita di Tanya “NIKMAT TUHAN YANG MANA LAGI YANG KAU DUSTAKAN?”
­_ _ _ _
Semenjak pertemuan itu, bertahun-tahun berlalu tanpa ku dengar kabar lagi darinya. Hanya takdir yang akan mempertemuakan kami kembali. Aku yang melanjutkan study ku ke jerman dan meninggalkan kisah itu, menguburnya dalam-dalam dalam sebuah kenangan. Kini setelah aku kembali ke Negara asalku, ku coba tuk menyusuri tempat yang biasanya ku lewati, “jembatan tua kini semakin rapuh saja”ucapku pelan. Air sungai di bawah jembatan ini pun sudah enggan untuk menampilkan keramahannya. Tempat ini, tempat yang dulu sering kulalui kini begitu asing bagiku..tetapi satu hal yang ku rasa tidak berubah, yaitu aroma yang sering ku cium di tempat ini.. aroma tidak sedap yang memang sedari dulu sudah menetap di tempat itu. Disini aku kembali mengurai kisah lamaku saat bertemu dengan lelaki paruh baya itu. Aku berharap dia tidak mengakhiri hidupnya setelah kami berpisah.
Iya, tepat di tempat ini aku di pertemukan oleh sang khalik dengannya. Kuarahkan pandangan ku tepat di tempat kejadian itu. Kulihat seorang lelaki tua berdiri disana, memandangi aluran air yang menurutku tidah pantas untuk di pandangi. Tepat di belakangnya terparkir sebuah mobil hitam. Aku pun heran, sedang apakah kakek itu sendirian disana. Karena rasa penasaranku itu. Akupun menghampirinya dan langsung bertanya kepadanya. “sedang apa kakek sendirian disinni?, ketika dia membalikan badan dan menampakan wajahnya padaku,betapa terkejutnya hatiku. Ternyata seorang kakek yang berada di depanku adalah sosok bapak paruh baya yang putus asa waktu itu (man jadda wa jadda) JJJ. END

#ga tau ini tulisan siapa 😛

“Ibu Penambal Ban”

Malam menuju Subuh kala itu, hari Senin 11 Mei 2014 tepat pukul 02.24 WIB. Udara terasa sangat dingin karna memang sudah hampir mendekati waktu subuh. Sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan yang tampak di depan mata.

Seorang Mahasiswa yang telah selesai mengerjakan tugas kampusnya itu pun hendak pulang ke rumahnya menggunakan Skuter Matic kendaraan yang baru ia peroleh. Ya, bias kita panggil dia si pemuda skuter matic atau pemuda matic. Tak lama kemudian, dia merasakan ada yang aneh dengan laju skuternya itu. Pemuda matic itupun turun dari skuter maticnya itu dan mengecek ada apa yang terjadi pada skuter maticnya itu.
CtackK………. Ternyata bannya bocor. Pemuda itupun hendak mencari dimana ia bisa memperbaiki ban skuter maticnya itu supaya normal seperti semula. Tapi, apakah ada bengkel atau tempat tambal ban yang masih buka…????

Mengingat waktu menunjukan pukul 02.24 WIB. “huuUh…” kata si pemuda skuter matic itu sambil tepak jida. “Mana ada bengkel atau tempat tambal ban yang masih buka jam segini…???” kata si pemuda lagi sambil kebingungan dan melirik-lirik suasana sekitar yang begitu sepi dan dingin. Si pemuda itupun berniat pulang saja dan memaksa bannya yang bocor tetap terjaga seperti itu. “Besok pagi sajalah bawa ke bengkelnya” kata si pemuda skuter matic itu sambil sedikit tersenyum untuk mengobati rasa kesalnya.

Kurang lebih dengan jarak 150 meter dari tempat iya berhenti untuk mengecek bannya yang bocor itu ia menemukan ada bengkel yang masih berproduksi di pinggir jalan. Dengan muka berseri dan hati yang lega “Syukurlaaah…” iya langsung mendekatkan skuter maticnya itu di depan bengkel yang msih berproduksi itu. Ada satu speda motor yang sebentar lagi selesai untuk di tambal ia pun dengan santai menunggu giliran. Sebatang rokok ia hisap sebari menunggu antrian di depannya selesai. Ta lama kemudian selesai dan akhirnya giliran skuter matic pemuda itu yang akan di tambal. Ia pun menunggu dengan ketenangan.

Tak lama iya pun bertanya-tanya dalam hatinya, “apakah benar yang aku lihat ini ibu-ibu…???” diapun mendekati seakan tidak percaya. Dan ternyata benar, memang yang menambal skuter matic pemuda itu adalah seorang ibu-ibu. Diapun tidak memperlihatkan rasa herannya pada si ibu. Ia pun duduk kembali sambil menghisap roko batang ke dua. Tak lama dari itu pemuda skuter matik itu bertnaya kepada si ibu “maaf bu, apa disini ada ban baru untuk mengganti saja ban yang sudah jelek itu…??? Si ibupun menjawab “ada, tapi saya cari dulu” tak lama kemudian si ibu keluar dan berkata “ada juga merek untuk matic yang lain” si pemuda menjawab “oh… ya udah ga apa-apa bu, di tambal saja…” si ibu mengangguk berisyarat bertandakan sepakat. Tak lama kemudian, si ibu itupun langsung memperbaiki ban skuter matic si pemuda dengan rapih. “Subhannallah, begitu berkahnya keluarga si ibu, demi keluarga dia rela mancari nafkah sampai larut seperti ini, sungguh luar biasa. Tapi tunggu dulu, suami si ibu kemana.?”

Dengan penasaran ia pun mendekati si ibu yang sedang memperbaiki ban skuter maticnya. Tapi si pemuda itu enggan berkata, takut salah bicara atau sebagainya yang bisa membuat si ibu itu tersinggung atau marah, jadi si pemuda diam saja. Tak lama si ibu berkata “orang mana de.? si pemuda menjawab dengan lembut karna memang takut menyinggung perasaan si ibu. Si ibu berkata lagi “oh.. di sana, syukurlah dengan ade tinggal disana ade bisa banyak menimba ilmu terutama mengaji dan sholat” si pemuda terheran kembali dengan perkataan si ibu itu. Ia pun bertanya yang lain yaitu tentang keluarga si ibu dengan penuh kehati-hatian. “memang ibu tinggal sama siapa di sini, pasti anak-anak ibu sudah pada tidur ya bu.?”. si ibu berkata “saya belum punya anak de” si pemuda itu pun merasa bersalah ketakutan menyinggung perasaan si ibu. Padahal masih banyak yang ingin ia tanyakan, tapi dengan jawaban yang singkat itu si pemuda sudah membaca bahwa memang dia tidak ingin si pemuda/orang lain tau tentang keluarganya, “fikir si pemuda”. Tak lama kemudian secara mengejutkan si ibu bercerita tentang keluarganya itu tanpa diberi pertanyaan oleh si pemuda.

“saya tinggal di sini bersama suami dan orang tua angkat saya. Dari kecil saya sudah tinggal bersama orang tua angkat saya. Orang tua kandung saya tidak sanggup untuk membiayai kehidupan saya, makanya saya di suruh tinggal bersama orang tua angkat saya, tapi orang tua angkat saya KRISTEN”. Si pemuda itu terkejut dengan cerita si ibu yang menyebutkan orang tua si ibu menitipkan anaknya itu kepada oirang tua angkatnya yang ternyata KRISTEN. Si pemuda itu berpendapat bahwa itu bukanlah sebuah penitipan melainkan adalah sebuah transaksi ilegal (jual anak sekaligus Kristenisasi) yang menyangkut Aqidah seorang anak Muslim juga. Tega sekali orang tua si ibu. Kasihan sekali si ibu penambal ban ini. “beruntung ade tinggal di tempat yang Islami, kalo saya boro-boro, mau ngaji dan shalatpun susah” kata si ibu. Dalam hati si pemuda berkata “Astagfirullahhaladzim miris sekali cerita si ibu ini”. Si ibu terus bercerita hingga ia berkata “saking saya ingin bisa ngaji dan shalat, saya memutuskan untuk pergi ke Arab (Negara Arab Saudi) untuk bisa belajar mengaji dan shalat, setidaknya walaupun saya di sana hanya sebagai TKW yang penting saya bisa belajar mengaji dan shalat.

Enam tahun saya disana dan Alhamdulillah saya sekarang bisa ya walaupun masih pusing dengan membaca huruf arabnya. Makanya saya baca huruf latinnya saja. Tapi , kata orang-orang beda, memang benar itu de.?”. kata si ibu bertanya kepada si pemuda. Ia pun menjawab “hanya beda sedikit ko bu. Yang penting ibu ada keinginan dan mau belajar, Insya Allah dengan kesadaran, ketabahan dan i’tikad baik ibu semoga Allah memberikan derajat yang tinggi di mata-Nya”. Si ibu mengangguk lagi berisyarat mengatakan iya.

Proses penambalan ban pun telah selesai, si ibu langsung merapikan ban skuter matic si pemuda agar segera bisa dipakai kembali. Si pemuda berkata “berapa bu” dan si ibu menjawab “tujuh ribu de” si pemuda langsung memberikan uangnya dan berkata “ga usah di kembalian buat ibu aja” sambil tersenyum dan pamitan kepada si ibu sambil mengucapkan TERIMAKASIH.

Catatan 21 Oktober 2013

Kini entah apa yang sudah terjadi

Kini hari-haripun berlalu tanpa terasa

Tanpa ada sesuatu hal yang berarti

Begitu kosong,

Begitu hampa,

Tak ada suatu hal yang istimewa di hari ini, esok, bahkan mungkin selamanya…

Kemana embun itu?

yang selalu menyejukanku..

kemana awan itu?

Yang selalu meneduhkanku..

Kemana suasana itu?

Yang selalu membuat hangat udara di malam hari…

Aku benci dengan keadaan yang sekarang..

Waktu yang berlalu begitu saja.

Yang telah terjadi, mengulang masalalu

Kau pergi tanpa alasan

Kau pergi tanpa sepatah katapun

Kaupun hilang…

Kata-katamu tak terbukti

janjimu?

pembuktianmu?

Lirik yang kau alunkan kini tak bermakna lagi

Suara yang kau nyanyikan kini telah sunyi

Kebersamaan tinggal kenangan

Hal terindah hanya menjadi butiran di mimpi-mimpi

Masa-masa itu kini seperti debu

Yang tersapu oleh angin di sore hari..

Kekecewaan ini membuat keterpurukan

Membuat hariku tak berarti

Kemana harus mencari sosok itu

Kurasa sulit..

Demi kebaikan

Demi kalanjutan kehidupan ini

Demi semua yang terbaik

Ku harus merelakan..!!

Merelakan semu yang telah terjadi

Merelakan demi semua yang telah menjadi asa..

Selamat tinggal…

Gambar

Untukmu

Maafkan jika kini kau terluka

Tenggelam dalam terpuruknya hidupku

Kumengerti berat tuk kau membagi cinta

Ku yakinkan bahwa dirinya yang dapat beri semua inginmu

 

Pergilah kasih lupakan aku

Ku ta ingin kau terluka

Kini ku ikhlas kau berikan cinta untuk dirinya

 

Maafkanku cinta yang tapernah bisa mampu buatmu bahagia

Izinkan ku hapus kenangan cinta kita

Kan ku hapus kenangan cinta kita

Kan ku hapus kenangan cinta kita

Meski terasa…

Nafas Terakhir

di alam yang terbuka ini
kucoba merajut semua keindahan
keindahan yang membuat hidupku
bermakna…

merajut semua kenikmatan
yang akan menghantarkanku
kehembusan nafas trakhir
dalam hidupku…

keindahanku dikata orang
kegagahanku dikata orang
bahkan banyak yang mengagumiku
tapi…
mereka tida tau betapa beratnya hdupku

terkapai…
terkulai…
terkucilkan…
sampai detik waktu perlahan menjemputku

mereka tida akan tau
tentang apa yang kurasakan
dan merekapun takan pernah tau
saat-saat aku akan menutup mata ini…

aku sedih
aku kecewa
aku menyesal telah membuat keindahan
aku menyesal telah menjadi seperti ini

mereka hanya membutuhkanku
saat indah dimata mereka
mereka hanya melihatku saat
kuwarnai hidup mereka dengan keindahanku
aku menyesal dalam nafas terakhir

from my brother Adam

INSOMNIA

malam hanya menghadirkan kegundahan bagiku

hampir setiap malam aku gundah karenanya

setiap malam yang terbayang hanya angan-angan yang semu

sulit untuk diwujudkan..

 

kenapa…???

kata itu terus terngiang sperti suara jangkrik yang terdengar di malam hari

bersamaan dengan itu, akupun tersadar bahwa hal yang aku lakukkan hanya buang-buang waktu saja.

Tapi bodohnya aku

semakin larut aku kedalam bayang semu

semakin aku nikmati dalam kegundahan itu

entahlah…

 

terkadang aku berpikir bahwa semua yang aku punya belum cukup untukku mendapatkan kebahagiaan..

terlebih dengan CINTA

hhhhaaaaahhhhh….

SUSAH

begitu banyak persoalan, masalah, teka-teki di dalamnya

 

ketika aku ingin merasakan cinta

begitu susah untukku raih

entah kenapa, akupun ta’ mengerti

apa ada yang salah denganku.?

Aku sadar aku mempunyai banyak kekurangan

tapi ini ta’ adil untukku

yang kurasa,

aku sah-sah saja untuk mendapatkan itu semua

tapi kenapa sangat susah sekali

sulit untukku raih

 

sedikit demi sedikit akupun merubah berbagai aspek dalam hidupku

semua itu aku niatkan salah-satunya untuk mendapatkan cinta dari seseorang

 

 

—Continued—-

Someday I Will Be Good Enough

I don’t know how much longer that I have to put up with you
I’ve been hiding everythings in my heart

Everytime we meet each other, Everytime we face each other
Though I am indifferent.. Do you know how much have I have to force myself?

Can’t you hear my heart calling for you, loving you
But I can’t release my heart out for anyone to know
Can’t you hear my heart’s waiting there for you
Waiting for you to feel it. I was hoping that you will realize someday

Though I love you, though I feel (your love)
But deep down inside, I can’t dare to tell you

Everytime we meet each other, Everytime we face each other
Though I am indifferent. Do you know how much have I have to force myself?

Can’t you hear my heart calling for you, loving you
But I can’t release my heart out for anyone to know
Can’t you hear my heart’s waiting there for you
Waiting for you to feel it. I was hoping that you will realize someday

Can’t you hear my heart calling for you, loving you
But I can’t release my heart out for anyone to know

Can’t you hear my heart waiting there for you, waiting for you to feel it
And I was hoping that you will realize that this woman still love you
Any way, some day, you will know

Supernova_Sayang

Kamu tlah mengisi lubuk hatiku
Jauh dalam relungku
Pernahkah kau merasakannya

Cinta kini hanya engkau yang bisa
Buatku merasa bahagia
Apa kau pun merasakannya
Dan memeluknya

Ku menangis tertahan
Ingat kau tak lagi bersamaku
Ku teriris terdiam
Berharap kebahagiaan datang

Sayang mungkinkah kau akan menunggu
Ku menjemputmu cinta yang pernah ada di hatimu

Supernova_Aku yang Akan Pergi

perih hati menjalani

sedih yang tak pernah berhenti

letih terus kau sakiti

perasaan ini kau bodohi

dimana dirimu yang mencintai

aku sepenuh hati

aku yang akan pergi

bila kau enggan memilih

cintaku ini bukan seperti

tempat persinggahanmu

letih terus kau sakiti

perasaan ini kau bodohi 😦